KILASTOTABUAN.COM, JAKARTA — Menteri Kesehatan Rusia Mikhail Murashko, pada Rabu (11/8), mengklaim vaksin buatan negaranya, Sputnik V, efektif melawan virus corona varian Delta sebesar 83 persen. Hal itu lebih rendah dari perkiraan sebelumnya.
Kemenkes Rusia menyalahkan lonjakan kasus Covid-19 pada Juni dan Juli akibat penyebaran varian Delta yang lebih mudah menular.
Selain itu, mereka menyebut faktor keengganan masyarakat setempat untuk divaksin meski vaksin telah tersedia dengan luas juga ikut memengaruhi.
Sebelumnya pada Juni lalu, pengembang Sputnik V mengklaim bahwa vaksin buatannya efektif dalam melawan varian Delta hingga 90 persen.
Baca Juga: Rusia dan China Latihan Militer Libatkan 10 Ribu Tentara
“Hasil terbaru menunjukkan bahwa efektivitasnya sekitar 83 persen,” kata Murashko seperti yang dikutip kantor berita Rusia, TASS.
Alexander Gintsburg, Direktur Gamaleya Institute selaku pengembang vaksin Sputnik V mengatakan pada Rabu (11/8) dalam sebuah wawancara dengan surat kabar Izvesti, bahwa vaksin buatannya aman dan efektif melawan semua jenis virus corona.
Pada akhir Juli 2021, pihak berwenang Rusia telah memberikan lampu hijau uji klinis yang menggabungkan suntikan vaksin Covid-19 Sputnik V dengan AstraZeneca.
Baik vaksin AstraZeneca-Oxford dan Sputnik V membutuhkan dua dosis suntikan vaksin, tetapi Sputnik V menggunakan vektor virus yang berbeda di kedua dosisnya.
Vaksin yang terbuat dari vektor virus menggunakan virus modifikasi yang tidak berbahaya sebagai kendaraan atau vektor untuk membawa informasi genetik yang membantu tubuh membangun kekebalan terhadap infeksi di masa depan.
Rusia yang memiliki jumlah penduduk mencapai 144 juta sejauh ini telah menyetujui empat vaksin produksi mereka sendiri. Negari Beruang Merah tersebut telah mencatatkan kasus Covid-19 nyaris 6,5 juta kasus sejak awal pandemi. (*)
Sumber: CNN Indonesia