KILASTOTABUAN.COM, JAKARTA — Seorang pasukan Taliban ditahan setelah menembak mati perempuan Afghanistan dari etnis minoritas Hazara di sebuah pos pemeriksaan Ibu Kota Kabul.
Perempuan itu bernama Zainab Abdullahi (25) yang baru saja melangsungkan pernikahan.
Penembakan Abdullahi terjadi pada 13 Januari lalu di Dasht-e-Barchi, kawasan mayoritas etnis minoritas Hazara beralian Muslim Syiah yang telah lama menjadi target persekusi Taliban.
“Abdullahi terbunuh karena kesalahpahaman,” kata juru bicara Taliban, Mohammad Naeem, melalui kicauan di Twitter pada Rabu (19/1).
Naeem mengatakan pelaku penembakan telah dihukum.
Sementara itu, Kementerian Dalam Negeri Afghanistan di rezim Taliban menuturkan keluarga Abdullahi telah diberikan santunan sebesar 600 ribu afghan (Rp81,9 juta).
Insiden Abdullahi pun memicu kecaman dan protes dari masyarakat Afghanistan, terutama aktivis perempuan. Sekelompok aktivis pemerhati hak perempuan berdemo di Kabul sebagai tanggapan atas pembunuhan Abdullahi.
“Ketika kami mendengar pembunuhan Zainab, kami menjadi takut. Kami takut jika kami meninggalkan rumah kami, kami mungkin tidak akan pulang kembali hidup-hidup,” kata seorang aktivis hak-hak perempuan yang meminta untuk tidak disebutkan namanya demi keselamatannya sendiri.
“Pada malam hari kami tidak bisa keluar dan bahkan pada siang hari kami tidak keluar kecuali ada sesuatu yang mendesak,” ucapnya menambahkan.
Sejak mengambil alih kekuasaan di Afghanistan pada Agustus lalu, Taliban memang kembali menerapkan sederet aturan syariat Islam ketat versi kelompoknya, terutama soal hak-hak perempuan.
Berbagai aturan baru diterapkan untuk membatasi dan mengekak ruang gerak perempuan Afghanistan.
Awal bulan ini, dikutip AFP, polisi agama Taliban memasang poster di sekitar ibu kota yang memerintahkan para wanita untuk menutup aurat.
Sebelumnya, Taliban juga mengeluarkan aturan yang membatasi wanita bekerja dan bersekolah hingga bepergian.
Pada hari Selasa, Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia, Michelle Bachelet, mendesak Dewan Keamanan untuk “meminta pertanggungjawaban mereka yang bersalah atas pelanggaran di Afghanistan.” (*)
Sumber: CNN Indonesia