KILASTOTABUAN.COM, JAKARTA — Sebuah pesawat yang membawa bantuan ke Tonga terpaksa kembali ke pangkalan karena ada kasus positif Covid-19 yang terdeteksi.
Menurut keterangan juru bicara pertahanan Australia, pesawat bantuan negara itu berangkat dari Brisbane pada Kamis (20/1). Namun, pesawat ini harus berbalik arah setelah mendeteksi kasus positif Covid-19.
Seluruh kru mendapatkan hasil negatif Covid-19 sebelum keberangkatan, tetapi tes PCR kemudian menunjukkan ada kru yang positif. Suplai barang yang dibawa pun dipindahkan ke pesawat lain yang berangkat pada Jumat (21/1), dikutip dari Reuters.
Tonga merupakan negara yang bebas Covid dan memiliki kebijakan perbatasan ketat. Tonga juga meminta pemberian bantuan tanpa kontak yang dimulai sejak Kamis (20/1).
Erupsi gunung Hunga Tonga-Hunga Ha’apai pada Sabtu (15/1) memicu tsunami yang menghancurkan desa, resort, dan berbagai bangunan. Bencana ini juga menghancurkan jalur komunikasi negara itu.
Otoritas juga menuturkan, sebanyak tiga orang dilaporkan tewas akibat bencana ini.
Kekurangan Suplai Air Bersih di Tonga
Meski bencana terjadi beberapa hari lalu, warga Tonga masih sulit menemukan air bersih mengingat pulau mereka dipenuhi abu vulkanik.
“Kami terus membersihkan abu sejak Senin (17/1),” tutur Branko Sugar (61), yang menjalankan bisnis botol dan peminjaman alat pancing di ibu kota Nuku’alofa.
“Semuanya sangat berdebu, dan kami kehabisan air,” ujar Sugar dalam sambungan telepon kepada Reuters.
“Kami hanya memiliki air keran, dan itu telah terkontaminasi. Kami yang terus membersihkan, membersihkan, membersihkan, dan kesulitan bernapas karena debu,” lanjutnya.
Di sisi lain, pesawat bantuan pertama dari Australia dan Selandia Baru mendarat di Tonga pada Kamis (20/1). Pesawat ini membawa suplai air, tenda, alat kebersihan, pun juga alat komunikasi dan generator listrik.
Sementara itu, kapal maritim Selandia Baru HMNZS Aotearoa yang membawa 250.000 liter air dan mampu memproduksi 70.000 air per hari lewat fasilitas desalinasi, diharapkan tiba pada Jumat (21/1).
Kapal Australia HMAS Adelaide kini dalam perjalanan. Kapal ini berlayar dari Brisbane dan direncanakan sampai di Tonga pada pekan depan.
Juru bicara Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Stéphane Dujarric, mengatakan dalam sebuah pertemuan kalau Tonga meminta bantuan secepatnya.
“Tim penilaian telah mencapai sebagian besar wilayah negara itu, termasuk kepulauan terpencil dan terisolasi,” ujarnya.
“Kami tetap mengkhawatirkan akses air minum untuk 50.000 orang di negara itu. Uji kualitas air terus dilakukan, dan kebanyakan orang bergantung pada air botol,” lanjutnya.
Selain itu, Dujarric mengatakan ada 60.000 orang terkena dampak dari kehancuran tanaman pangan, peternakan, dan perikanan. Kehancuran sektor ini muncul akibat hujan abu, intrusi air asin dan potensi hujan asam. Ia juga menyinggung laporan kekurangan bahan bakar.
Sementara itu, sambungan telepon antara Tonga dengan dunia luar sudah diperbaiki pada Rabu (19/1), meski untuk perbaikan layanan internet membutuhkan waktu sebulan lebih.
Masyarakat Tonga juga mengungkapkan dampak bencana ini ke media sosial masing-masing.
Pusat Penerbangan Luar Angkasa Goddard NASA mengatakan kekuatan letusan itu diperkirakan setara dengan lima hingga 10 megaton TNT. Angka ini lebih besar 500 kali lipat dari bom nuklir yang dijatuhkan Amerika Serikat di kota Hiroshima, Jepang pada akhir Perang Dunia II. (*)
Sumber: CNN Indonesia