KILASTOTABUAN.COM, JAKARTA — China melalui juru bicara Menteri Luar Negeri, Zhao Lijian, menuduh Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) sebagai biang kerok perang Rusia vs Ukraina.
Mengutip dari Reuters, NATO dinilai China memanas-manasi konflik antara kedua negara yang sudah berlangsung sejak 2014.
Sekutu Rusia itu menilai NATO yang awalnya ‘menyiram bensin ke api’ dalam konflik kedua negara dengan memberikan kesempatan Ukraina gabung bersama mereka. Akibat sikap NATO tersebut, China menganggap Rusia merasa terprovokasi sehingga melancarkan agresi ke Ukraina.
China kemudian mendesak Amerika Serikat untuk menyikapi kekhawatiran Beijing dengan amat serius. Negara komunis itu juga meminta AS jangan merecoki kepentingan dan merusak hak-hak China dalam menangani masalah Ukraina dan Rusia.
China sendiri sebelumnya menyatakan bersedia menjadi mediator untuk mendamaikan dua pihak yang berseteru.
Menteri Luar Negeri China, Wang Yi, menyatakan China terbuka dengan usulan membantu menengahi konflik Rusia dan Ukraina, Senin (7/3). Ia juga menekankan pertemanan antara Beijing dan Moskow masih tetap kokoh.
“(China) ingin bekerja dengan komunitas internasional untuk melaksanakan mediasi yang diharuskan, bila dibutuhkan,” kata Wang, Senin (7/3), dikutip dari AFP.
Namun, ia menekankan persahabatan antara Beijing dan Moskow masih tetap kuat.
“Persahabatan antara kedua bangsa sangat kuat, dan prospek kerja sama antar kedua sisi masih sangat luas,” lanjut Wang.
Wang menegaskan, hubungan bilateral antara Rusia dan China merupakan hubungan bilateral yang paling krusial di dunia, pun juga berpengaruh dalam perdamaian, stabilitas, dan perkembangan dunia. (*)
Sumber: CNN Indonesia