KILASTOTABUAN.COM, JAKARTA- Setidaknya 12 orang tewas dan nyaris 200 ribu penduduk dievakuasi karena banjir akibat hujan yang disebut-sebut terlebat di China dalam 1.000 tahun belakangan.
Pemerintah Zhengzou melaporkan bahwa 12 orang yang tewas itu sedang berada di dalam stasiun kereta bawah tanah ketika banjir menerjang.
Sejumlah video di jejaring sosial memperlihatkan para pengunjung stasiun berjibaku di dalam ruangan yang sudah dibanjiri air hujan.
“Airnya sampai ke dada saya. Saya sangat takut, tapi hal yang paling menakutkan bukan air, melainkan pengurangan pasokan udara di dalam,” ujar salah satu pengunjung stasiun yang selamat, sebagaimana dikutip Reuters.
Seorang warga Zhengzou, Guo, mengatakan kepada Reuters bahwa warga memenuhi stasiun kereta bawah tanah karena pihak berwenang menghentikan layanan bus listrik akibat banjir di perkotaan.
“Karena itu banyak orang akhirnya memilih kereta, dan kemudian tragedi ini terjadi,” tutur Guo.
Pemerintah setempat memang menghentikan sejumlah moda transportasi yang mengandalkan listrik akibat banjir sejak akhir pekan lalu.
Banjir ini karena hujan lebat dengan ketebalan 617,1 milimeter tak henti mengguyur Zhengzou sejak Sabtu lalu hingga Selasa (20/7). Ketebalan hujan selama beberapa hari tersebut hampir sama dengan rata-rata hujan tahunan di Zhengzou, yaitu 640,8 milimeter.
Sejumlah ahli meteorologi mengatakan kepada media lokal bahwa hujan selebat ini hanya terjadi “sekali dalam seribu tahun.”
Baca Juga: Kasus Pertama Atlet Positif Covid-19 Ditemukan di Olimpiade Tokyo
Akibat banjir ini, China sudah mengevakuasi setidaknya 200 ribu warga di Zhengzou sejak banjir melanda Zhengzou pada akhir pekan lalu.
“Hingga pukul 07.00 pada 21 Juli, nyaris 200 ribu orang dievakuasi dan 36 ribu penduduk kota terkena dampak bencana ini,” ujar pihak berwenang Kota Zhengzou, Provinsi Henan, sebagaimana dilansir AFP.
Melihat hujan tak kunjung reda hingga Rabu (21/7), tentara China juga memperingatkan warga bahwa Bendungan Yihetan kemungkinan akan jebol karena volume air sudah hampir melewati batas, ditambah kerusakan pada fasilitas tersebut.
“Pada 20 Juli, air setinggi 20 meter masuk ke Bendungan Yihetan. Bantaran sungai sedikit rusak,” demikian pernyataan tentara China.
Komando Pusat Tentara China menyatakan bahwa mereka sudah mengerahkan personel untuk melakukan upaya tanggap darurat di sekitar bendungan.
Begitu parah banjir yang melanda China, Presiden Xi Jinping sampai-sampai memerintahkan jajarannya untuk memegang komando penanganan bencana.
“Kita sudah memasuki tingkat kritis pengendalian banjir. Pemimpin dan kader dari segala penjuru harus mengambil alih komando, dan dengan cepat mengurus sumber daya demi perlindungan dari banjir dan upaya penyelamatan dari bencana,” kata Xi. (*)
Sumber: CNN Indonesia