KILASTOTABUAN.COM, JAKARTA — Presiden Vladimir Putin mengawasi latihan yang diadakan pasukan nuklir strategis Rusia pada Sabtu (19/2). Latihan ini melibatkan peluncuran rudal balistik hipersonik dan senjata lainnya.
Sebagaimana dilansir Reuters, Putin menyaksikan latihan dari “ruang pusat situasi” di Kremlin bersama dengan sekutunya, pemimpin Belarusia Alexander Lukashenko.
Kremlin mengungkapkan bahwa latihan tersebut meluncurkan rudal dari kapal perang, kapal selam, dan dari darat yang menyerang target di darat maupun laut.
Dalam pernyataan Kremlin, latihan ini merupakan bagian dari pelatihan reguler dan membantah adanya sinyal eskalasi.
Menyikapi latihan tersebut, Amerika Serikat menuduh pasukan Rusia yang berkumpul di dekat perbatasan Ukraina dalam keadaan “siap menyerang”.
Gedung Putih juga mengatakan, tim keamanan nasional Presiden AS Joe Biden mengatakan kepadanya bahwa mereka masih percaya Rusia dapat melakukan serangan di Ukraina “kapan saja”.
Biden juga disebut berencana mengumpulkan para penasihat utamanya pada hari Minggu untuk membahas krisis tersebut.
Senada dengan AS, para menteri luar negeri dari kelompok negara kaya G7 mengklaim mereka tidak melihat bukti bahwa Rusia mengurangi aktivitas militernya di perbatasan Ukraina dan sangat prihatin dengan situasi tersebut.
Setelah Rusia dan Ukraina saling tuduh atas penembakan baru yang terjadi di dekat perbatasan, sederet negara termasuk Prancis dan Jerman mendesak warganya di Ukraina untuk mengungsi.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dalam konferensi keamanan di Munich mengatakan arsitektur keamanan global “hampir rusak”.
Dia mendesak anggota tetap Dewan Keamanan PBB, Jerman dan Turki untuk bertemu guna menyusun jaminan keamanan baru bagi negaranya.
“Aturan yang disepakati dunia beberapa dekade lalu sudah tidak berfungsi,” kata Zelensky, seperti dikutip Reuters.
“Aturan itu tidak mengikuti ancaman-ancaman terbaru … Ini seperti sirup obat batuk ketika yang anda butuhkan adalah vaksin virus corona,” sambungnya. (*)
Sumber: CNN Indonesia