KILASTOTABUAN.COM, BOLTIM–Bupati dan Wakil Bupati Bolaang Mongondow Timur (Boltim), Sam Sachrul Mamonto dan Oskar Manoppo (SSM-OPPO) meninjau kesiapan Rumah Sakit Pratama yang berlokasi di Desa Sumber Rejo, Kamis (11/3/2021).
Dalam agenda yang dilaksanakan di hari libur kerja itu, Bupati dan Wakil Bupati didampingi Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Boltim, Eko Marsidi, saat mengkroscek semua ruangan rumah sakit dari lantai satu sampai tiga. Kemudian alat kesehatan penunjang untuk digunakan dalam pelayanan kepada pasien nanti.
“Mulai dari tempat tidur pasien, ruangan IGD dan ruangan lainnya,” terang Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Boltim, Ikhlas Pasambuna.
Sementara, bupati dan wakil bupati sempat menyentil persoalan letak rumah sakit yang tidak jauh dari jalan umum. Sehingga bisa saja pelebaran jalan ke depan, area rumah sakit akan semakin kecil. Karena sebagain sudah masuk pelebaran jalan. “Sehingga harus mencari cara agar area rumah sakit tidak ada yang masuk pelebaran jalan. Caranya dengan merubah akses jalan umum menjadi di belakang rumah sakit,” tutur Bupati.
Menurut Bupati, rencana pembangunan rumah sakit ada unsur kepentingan politik di 2020 lalu. Sehingga dipaksakan dibangun di Kecamatan Modayag. Padahal yang sangat membutuhkan di Kecamatan Motongkad, Nuangan dan Kotabunan. “Ini dibangun karena ingin mencari suara di wilayah Kecamatan Modayag bersatu. Bukan atas dasar kebutuhan,” sentil Bupati.
Baca Juga: Kotamobagu Kalahkan Makasar Dalam Pelayanan Pengurusan Izin
Selain itu, kata Bupati, keberadaan rumah sakit terlalu jauh dari ibu kota. “Saya tahu awalnya rumah sakit akan di bangun di Kecamatan Motongkad. Tapi mengapa dipindahkan ke Kecamatan Modayag. Padahal kalau di Motongkad akses dari Kotabunan, Tutuyan dan Nuangan lebih dekat. Kan untuk wilayah Modayag bersatu dekat menuju ke RSUD di Kota Kotamobagu,” ujar Sachrul-Oskar.
Apalagi kata Bupati, pasien yang mengindap penyakit asma atau alergi dingin, tidak bisa dirawat di rumah sakit yang pembangunannya bersumber dari DAK 2020. “Rumah sakit ini berada di wilayah dengan suhu di bawah 20 derajat. Tidak memungkin pasien asma dirawat disini, karena akan lebih parah,” ujar Bupati.
Baca Juga: Sachrul-Oskar Pacu Realisasi Program 100 Hari Kerja
Untuk itu, jelas Bupati, ada rencana peralihan status rumah sakit dari umum, menjadi rumah sakit persalinan. Dan untuk RSUD, dibangun saja di Kecamatan Motongkad. “Tapi karena sudah di bangun saya dan Oskar tetap akan melanjutkan pembangunannya. Nanti kita liat ke depan apa bisa di alihkan ke rumah sakit ibu dan anak atau tidak,” jelas Bupati.
Eko saat dikonfirmasi mengatakan, terkait rencana peralihan ke rumah sakit persalinan, masih akan dikaji kembali. “Itu baru rencana, karena masih ada proses kajian yang akan dilakukan nanti jika rencana peralihan dilakukan,” tutur Eko.
Diketahui, rumah sakit yang sudah diresmikan Bupati sebelumnya meski belum siap digunakan, menelan anggaran Rp28.8 miliar. Ditambah biaya belanja alat kesehatan Rp15 miliar. (red/awi).