KILASTOTABUAN.COM, JAKARTA — Seorang jenderal senior Amerika Serikat mengungkap bahwa rudal hipersonik yang diuji coba China bulan lalu berhasil mengitari dunia sebelum kembali ke Negeri Tirai Bambu.
“Mereka meluncurkan rudal jarak jauh itu. Rudal itu mengelilingi dunia, melepaskan kendaraan luncur hipersonik yang meluncur kembali ke China, dan mendekati target di China,” ujar Wakil Kepala Staf Gabungan AS, Jenderal John Hyten, kepada CBS, seperti dikutip CNN.
Ketika ditanya rudal hipersonik itu mengenai target atau tidak, Hyten menjawab, “Cukup dekat.”
Hyten kemudian mewanti-wanti agar AS waspada karena satu saat, China bisa memiliki kapabilitas meluncurkan serangan nuklir ke Negeri Paman Sam.
“Mengapa mereka membangun kapabilitas ini? Senjata itu sepertinya bisa digunakan untuk menyerang. Saya melihatnya seperti itu,” tutur Hyten.
Sebelumnya, Hyten juga memperingatkan bahwa China akan mengalahkan militer negaranya jika Pentagon tak segera berbenah.
“Kecepatan mereka bergerak dan proyeksi mereka ke depan akan mengalahkan Rusia dan AS jika kita tidak melakukan sesuatu untuk mencegahnya. Itu akan terjadi, jadi saya pikir kita harus bergerak,” ujar Hyton akhir Oktober lalu.
Hyten melontarkan pernyataan ini sehari setelah Kepala Staf Gabungan AS, Mark Milley, mengonfirmasi bahwa China menguji coba rudal hipersonik.
Menurutnya, uji coba rudal itu sangat luar biasa. Ia bahkan menyandingkan momen itu dengan saat Uni Soviet meluncurkan satelit pertama di dunia, Sputnik, pada 1957.
“Yang kami lihat adalah peristiwa yang sangat signifikan dari uji coba sistem senjata hipersonik. Sangat mengkhawatirkan,” ujar Milley kepada Bloomberg TV.
Ia kemudian berkata, “Saya tidak tahu betul mirip dengan momen Sputnik atau tidak, tapi saya rasa sangat mirip dengan itu. Ini merupakan peristiwa teknologi yang sangat signifikan dan kami sangat memperhatikannya.”
Sementara itu, AS sendiri gagal menguji coba senjata hipersonik. Kementerian Pertahanan AS menyatakan bahwa roket yang digunakan untuk mempercepat laju proyektil gagal meluncur sehingga uji coba tidak bisa dilanjutkan.
Sebagaimana dilansir AFP, hipersonik merupakan temuan termutakhir dalam teknologi rudal karena dapat terbang lebih rendah. Dengan demikian, hipersonik lebih sulit dideteksi ketimbang rudal balistik.
Hipersonik bisa mencapai target lebih cepat. Rudal itu juga dapat menjadi lebih berbahaya jika dipasangi hulu ledak nuklir.
Saat ini, baru AS, Rusia, China, dan Korea Utara yang pernah menguji coba hipersonik. Sejumlah negara lainnya baru mengembangkan teknologi tersebut. (*)
Sumber: CNN Indonesia