KILASTOTABUAN.COM, JAKARTA – Turki menolak tuduhan Amerika Serikat yang menyebut Presiden Recep Tayyip Erdogan bersikap anti-Semit saat berkomentar soal Yahudi.
Kementerian Luar Negeri Turki meminta AS untuk bertindak menghentikan serangan gencar Israel terhadap warga sipil Palestina, daripada melontarkan tuduhan pada pemimpin Turki.
Menurut Kemlu Turki, konsep anti-Semitisme tidak boleh digunakan untuk menutupi kebijakan pembersihan etnis, agama dan budaya Israel.
“Yang dimaksud Presiden kami bukanlah orang-orang Yahudi, tetapi pemerintah Israel, yang telah menyebabkan kematian banyak orang Palestina yang tidak bersalah, kebanyakan dari mereka adalah anak-anak, wanita dan remaja, melalui serangan tanpa pandang bulu terhadap Palestina selama beberapa hari. Di sisi lain, Presiden kami hanya mengingat kata-kata mantan Perdana Menteri Israel,” kata Kemlu Turki, Rabu (19/5) seperti dikutip dari Anadolu Agency.
Kementerian tersebut mengungkapkan bahwa Turki telah menjadi tanah air bagi banyak orang Yahudi yang melarikan diri dari Inkuisisi berabad-abad lalu dan dari Holocaust selama Perang Dunia Kedua.
Baca Juga: Eks Gedung Bupati Bolmong di Kotamobagu Segera Direhabilitasi
“Masyarakat Turki menghormati semua agama dan memiliki budaya hidup berdampingan secara damai dari berbagai kelompok agama. Anti-Semitisme tidak pernah mengakar dalam masyarakat kami.”
Mereka menggarisbawahi bahwa diplomat Turki juga membantu menyelamatkan ratusan orang Yahudi selama Holocaust. Kemlu juga menyebut warga Yahudi di Turki telah hidup selama berabad-abad dalam kedamaian dan ketenangan, tanpa diskriminasi apa pun.
“Turki adalah salah satu pendukung utama resolusi Dewan HAM PBB yang mengidentifikasi anti-Semitisme sebagai serangan terhadap hak asasi manusia untuk pertama kalinya. Perlu juga diingat bahwa anti-Semitisme berulang kali dirujuk dan dikutuk oleh Presiden kami sebagai sebuah kejahatan terhadap kemanusiaan,” katanya.
Erdogan memang menjadi salah satu pemimpin negara mayoritas Muslim yang vokal mengkritik Israel, terutama ketika pertempuran kembali meletus di perbatasan Jalur Gaza.
Erdogan bahkan menyebut Israel sebagai “negara teror” dalam menyikapi sikap aparat Israel yang menembakkan peluru karet ke warga Palestina di Yerusalem.
Dalam pidato di televisi nasional pada Senin, Erdogan juga menyindir negara Barat yang dinilainya hanya duduk manis tak bisa berbuat apa-apa menahan Israel yang terus menggempur Gaza.
Erdogan bahkan mengatakan tangan Presiden Amerika Serikat Joe Biden “penuh darah” karena mendukung Israel dengan baru-baru ini menyetujui penjualan senjata ke negara Zionis tersebut.
Menurut Erdogan, Biden telah monorehkan sejarah dengan tangan berdarah karena dinilai membiarkan kekerasan Israel terhadap Palestina. (*)
Sumber: CNN Indonesia