KILASTOTABUAN.COM, JAKARTA — Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menyatakan negaranya batal bergabung ke Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO). Di antara yang menjadi penyebabnya adalah karena syaratnya yang sulit selain harus menghadapi ancaman invasi dari Rusia.
Salah satu syaratnya adalah referendum dari rakyat Ukraina dan persetujuan dari seluruh anggota NATO.
“Saya percaya masalah seperti itu (menjadi anggota NATO) harus diputuskan melalui referendum,” ujar Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky dikutip Russia Today News, Kamis (17/2).
Namun, melihat konflik di perbatasan Ukraina yang masih belum reda, akan sulit melakukan referendum.
Selain itu, hasil dari referendum tersebut harus harus tertulis dalam konstitusi Ukraina jika mayoritas rakyat menghendaki agar bergabung bersama NATO.
Rusia terus menekan agar Ukraina tak gabung NATO, salah satunya dengan pengerahan pasukan di perbatasan wilayah tersebut. Beberapa pihak menyebut langkah ini berhasil.
Tempo hari, Duta besar Kiev di London, Vadym Prystaiko, mengisyaratkan Ukraina bisa mempertimbangkan membatalkan tawaran gabung ke blok itu masuk jika konflik dengan Rusia bisa dihindari.
“Kami mungkin, Anda tahu, terutama (yang) diancam seperti itu, diperas oleh itu, dan didorong ke sana. (Ukraina) berusaha mencari jalan keluar terbaik, bahkan jika membuat konsesi yang serius,” kata Prystaiko, Minggu (13/2).
Tak lama kemudian, ia menarik pernyataan itu. Prystaiko menyadari saran untuk Ukraina agar berhenti berusaha untuk menjadi anggota NATO adalah keliru.
Selain itu, syarat lain adalah mengantongi persetujuan seluruh anggota NATO.
Namun, Zelensky menyebut ada anggota aliansi yang mendukung Rusia sehingga semakin menyulitkan langkah Kiev.
“Kami sebagai negara ingin bergabung dengan NATO dan telah mencobanya selama bertahun-tahun. Namun prosesnya terhenti,” kata Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky pada Kamis (17/2) dikutip AFP.
Ia kemudian berucap, “Ada sebab dan akibat terkait itu. Tidak hanya Rusia yang menolak gabungnya Ukraina (ke NATO).”
Zelensky tak menyebut secara rinci negara mana yang mendukung Moskow. Ia hanya berharap mereka berubah pikiran.
“Kami tak akan melaluinya dengan negara-negara ini, dan tak ingin menimbulkan risiko ataupun konflik diplomatik,” lanjutnya.
Ukraina terlihat begitu menginginkan untuk gabung ke aliansi militer pimpinan Amerika Serikat itu.
Pada 2019 lalu, Ukraina meresmikan konstitusi yang berisi menjadi anggota NATO adalah salah satu tujuan strategis negara.
Konflik antara Ukraina dan Rusia memperkeruh keinginan ini. Moskow menjegal langkah Kiev karena mereka cemas akan kehilangan pengaruh, eksistensi dan membuat NATO semakin kuat.
Perselisihan tersebut juga melibatkan sejumlah negara Barat yang merupakan anggota NATO. (*)
Sumber: CNN Indonesia