KILASTOTABUAN.COM, JAKARTA — Taliban memperingatkan Amerika Serikat untuk menghentikan penerbangan drone di wilayah udara Afghanistan. Tindakan AS tersebut dapat menimbulkan konsekuensi dari penguasa Afghanistan saat ini.
“AS telah melanggar semua hak dan hukum internasional serta komitmennya yang dibuat untuk Taliban di Doha, Qatar, dengan pengoperasian pesawat tak berawak ini di Afghanistan,” kata Taliban dalam sebuah pernyataan di Twitter, dikutip Reuters pada Rabu (29/9).
“Kami menyerukan kepada semua negara, terutama Amerika Serikat, untuk memperlakukan Afghanistan sesuai dengan hak, hukum, dan komitmen internasional untuk mencegah konsekuensi negatif apa pun.”
Pemerintah AS masih belum memberikan komentar apapun terkait pernyataan ini.
Sebelumnya, Menteri Pertahanan Amerika Serikat Lloyd Austin dalam Sidang Senat AS mengungkapkan kegagalan negaranya di Afghanistan.
Anggota Parlemen dari Partai Republik, Joni Ernst, menyebut kegagalan itu sesuatu yang memalukan bagi AS.
Austin mengatakan, negaranya benar-benar dikejutkan dengan fakta kejatuhan militer Afghanistan yang begitu mudah ke tangan Taliban.
“Kenyataan bahwa angkatan bersenjata Afghanistan, kami dan partner kami yang terlatih buyar begitu saja tanpa satu pun melepaskan tembakan. Itu membuat kami semua kaget,” ujar Austin dalam Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi Militer Senat AS.
Sementara itu, Taliban yang kini menguasai Afghanistan, kerap berjanji untuk mengamankan negara itu dari ancaman gerakan terorisme seperti ISIS dan Al-Qaeda.
“Kami berkomitmen pada fakta bahwa, dari Afghanistan, tidak akan ada bahaya bagi negara mana pun,” tutur Juru Bicara Taliban Zabihullah Mujahid.
Mujahid juga membantah tuduhan Al-Qaeda mempertahankan kehadirannya di Afghanistan. Ia berulang kali berjanji bahwa Afghanistan ataupun gerakan militan lainnya tidak akan menyerang negara lain.
Berbeda dengan janji Taliban, kelompok ekstremis ISIS dikabarkan mampu memberikan serangan bom di Afghanistan. Mereka sempat mengklaim sebagai dalang di balik pengeboman yang menargetkan anggota Taliban di Jalalabad, Afghanistan beberapa waktu lalu. (*)
Sumber: CNN Indonesia