KILASTOTABUAN.COM, JAKARTA — Pemimpin Tertinggi Korea Utara, Kim Jong-un, bersedia memulihkan hotline atau jalur telepon khusus dengan pemerintah Korea Selatan setelah sempat diputus Agustus lalu.
Kim Jong-un berencana membuka jalur komunikasi khusus yang dapat menyambungkan langsung dengan Presiden Korsel Moon Jae-in itu pada Oktober mendatang.
“Keputusan untuk mengaktifkan kembali jalur komunikasi tersebut adalah untuk membantu mewujudkan harapan dan keinginan seluruh bangsa Korea demi pemulihan dan perdamaian yang tahan lama dalam hubungan lintas perbatasan (Korea),” kata Kim Jong-un dalam rapat Majelis Rakyat Tertinggi pada Kamis (30/9).
Korut kerap memutus jalur komunikasi khusus dengan Korsel ini sebagai bentuk protes mereka terhadap kebijakan Korsel.
Pada Agustus lalu, Pyongyang memutus hotline tersebut sebagai bentuk protes latihan militer bersama Korsel dan Amerika Serikat beberapa hari setelah membuka jalur komunikasi itu.
Meski berniat membuka lagi hotline dengan Korsel, Kim tetap mengkritik Korsel karena provokasi militernya dengan AS.
Kim bahkan menganggap kebijakan Korsel sebagai delusional.
“Tapi kami tidak memiliki tujuan atau alasan untuk memprovokasi Korsel dan tidak ada ide untuk menyakitinya,” kata Kim seperti dikutip media Korut, KCNA, via Reuters.
Dalam rapat yang sama, Kim Jong-un turut menyindir AS dengan mengatakan pemerintahan Presiden Joe Biden menggunakan trik lebih licik untuk mencapai ambisi militernya dengan tetap menawarkan dialog damai.
“AS menggembar-gemborkan ‘ketertiban diplomatik’ dan ‘diaolog tanpa prasyarat’ tetapi itu tidak lebih dari tipuan kecul untuk menipu komunitas internasional dan menyembunyikan tindakan bermusuhannya,” kata Kim.
Sementara itu, Kementerian Unifikasi Korsel menyambut baik niat Kim Jong-un memulihkan hotline antara kedua negara.
Namun, Seoul tak menanggapi hal lainnya yang diutarakan Kim Jong-un dalam pidato di parlemen Korut itu.
Belakangan Korut juga berulangkali menegaskan masih bersedia merundingkan perdamaian Perang Korea yang berakhir pada 1953 hanya dengan kesepakatan gencatan senjata.
Namun, Pyongyang memberikan sejumlah syarat bagi AS dan Korsel sebelum bersedia memulai perundingan damai tersebut. (*)
Sumber: CNN Indonesia