KILASTOTABUAN.COM, JAKARTA — Seorang biarawati Fransiskan dari Kolombia yang diculik oleh para kelompok Islam militan di Mali pada 2017 dibebaskan pada Sabtu (9/10), kata sebuah pernyataan dari kantor kepresidenan Mali.
Pernyataan di akun Twitter kepresidenan memberikan penghormatan kepada “keberanian dan keberanian” Suster Gloria Cecilia Narvaez, dan menerbitkan foto-fotonya yang diambil setelah pembebasannya.
Pembebasannya telah menjadi buah dari upaya gabungan “empat tahun delapan bulan dari beberapa badan intelijen”, tambahnya.
Dalam pernyataan resmi, sosok berpengaruh di Mali Kolonel Assimi Goita, meyakinkan rakyat Mali dan masyarakat internasional bahwa “upaya sedang dilakukan” untuk menjamin pembebasan semua orang yang masih ditahan di Mali.
Uskup Agung Bamako, Jean Zerbo, membenarkan pembebasan Narvaez, menambahkan bahwa saat ini kondisinya “baik-baik saja”.
“Kami banyak berdoa untuk pembebasannya. Saya berterima kasih kepada otoritas Mali dan orang-orang baik lainnya yang memungkinkan pembebasan ini,” kata uskup agung itu.
Kakaknya, Edgar Narvaez, juga mengkonfirmasi pembebasannya dalam percakapan singkat dengan AFP.
“Dia dalam keadaan sehat, terima kasih Tuhan. Mereka mengirimi saya foto dan dia terlihat sehat,” katanya.
Sebuah sumber yang memiliki informasi saat pembebasannya, mengatakan kepada AFP bahwa dia tidak diperlakukan dengan buruk selama penahanannya dan selama waktu itu dia telah belajar Alquran.
“Negosiasi berlangsung berbulan-bulan, bertahun-tahun,” kata sumber itu, tanpa memberikan rincian lebih lanjut.
Menuju Roma
Sebuah sumber yang dekat dengan bandara di ibu kota Bamako, yang meminta untuk tidak disebutkan namanya, mengatakan kepada AFP bahwa biarawati itu tiba di sana untuk mengambil penerbangan ke Roma, yang dikonfirmasi oleh kantor uskup agung.
Narvaez disandera pada 7 Februari 2017, di Koutiala, sekitar 400 kilometer timur ibu kota Mali, Bamako, saat bekerja sebagai misionaris di sana.
Ada laporan tidak teratur tentang dia selama bertahun-tahun, termasuk pada awal 2021, ketika dua orang Eropa yang berhasil melarikan diri dari penangkaran melaporkan bahwa dia baik-baik saja.
Kemudian pada bulan Maret, saudara laki-lakinya menerima bukti bahwa dia masih hidup, diinformasikan dari Palang Merah.
Buktinya berupa surat yang ditulis dengan huruf kapital “karena dia selalu menggunakan huruf kapital” yang berisi nama orang tua mereka dan diakhiri dengan tanda tangannya, katanya kepada AFP awal tahun ini.
Mali telah berjuang untuk menahan pemberontakan jihadis yang pertama kali muncul di utara negara itu pada 2012, dan sejak itu menyebar ke negara tetangga Burkina Faso dan Niger.
Penculikan, yang dulu jarang terjadi, menjadi lebih umum dalam beberapa tahun terakhir karena krisis keamanan semakin dalam di Mali, khususnya di pusat bekas jajahan Prancis.
Jurnalis Prancis Olivier Dubois diculik pada 8 April di Mali utara oleh para jihadis yang berafiliasi dengan al-Qaeda.
Dubois, yang bekerja dengan beberapa outlet berita Prancis, mengatakan dalam sebuah video penyanderaan bahwa Group to Support Islam and Muslims (GSIM), aliansi jihad terbesar di Sahel, telah menculiknya. (*)
Sumber: CNN Indonesia