BOLTIM, KILASTOTABUAN-Penyaluran bantuan sembako di Kabupaten Bolaang Mongondow Timur (Boltim) tidak sepenuhnya menerapkan physical distancing.
Terbukti penyaluran yang dilakukan di Desa Moyongkota, Kecamatan Modayag, para warga menerima bantuan berkerumunan dan tidak menjaga jarak. “Miris saya melihatnya. Padahal ke masjid saja untuk ibadah belum diperbolehkan, karena mencegah adanya kerumunan. Tapi penyaluran bantuan malah tidak menerapkan physical distancing,” terang warga Moyongkota enggan dipublis namanya.
Padahal, lanjutnya, penyaluran sembako di desa lain menerapkan physical distancing. Bahkan sembako diantar ke rumah warga oleh petugas. “Di Desa Candi Rejo pembagian sembako tidak ada warga berkerumun. Mereka menunggu semua di rumah, karena ada petugas yang menyalurkan,” ungkapnya.
Menanggapi itu, Wakil Ketua DPRD Boltim Medy Lensun mengatakan, harusnya instansi terkait harus mengawasi penyaluran sembako, untuk mencegah adanya kerumunan warga yang mengantri.
“Salah satu cara memutus mata rantai penularan Covid-19 dengan menerapkan Phisical and social distancing, alias jaga jarak dan menggunakan masker agar tidak kena percikan ( droplets ) cairan tubuh. Oleh karenanya saya mengingatkan ke depan saat penyaluran bahan pangan jangan mengabaikan protap Covid-19,: ujar Medy.
Selain itu, ditegaskannya, nama-nama penerima bantuan sosial sebaiknya di publikasikan di kantor desa, sehingga semua transparan, dan tidak ada alasan masyarakat tidak menerima.
“Saran kepada Pemkab Boltim, untuk memenuhi kebutuhan beras 900 ton sebaiknya memberdayakan pengusaha beras lokal. Salah satu kendala lambatnya penyaluran adalah keterlambatan pasokan beras. Sementara di Boltim sendiri banyak pengusaha beras yang ready stock dan kualitas tidak kalah dengan ysng dibagikan pemerintah. Seorang pengusaha beras Moyongkota bahkan bisa suplai 30 ton per bulan. Bila ini dilakukan maka akan mengurangi keterlambatan pasokan beras dari luar Boltim,” saran Ketua PDIPD Boltim ini. (mg-01/ges)