KILASTOTABUAN.COM, JAKARTA- Raffi Ahmad menjawab kritik Arie Kriting soal duta dan ikon Pekan Olahraga Nasional (PON) XX di Papua. Polemik mencuat setelah Raffi dan sang istri, Nagita Slavina ditunjuk sebagai tokoh yang merepresentasikan promosi gelaran olahraga multicabang itu.
Raffi Ahmad meluruskan, ia dan Nagita ditunjuk sebagai ikon PON Papua, bukan sebagai duta.
“Kita bukan duta, kita ikon,” kata Raffi Ahmad seperti dikutip dari Detik.
Raffi menganggap ada kesalahpahaman terkait kritik Arie Kriting tersebut. Ia mengatakan dirinya dan Nagita ditunjuk sebagai ikon, sedangkan Boaz Solossa yang menjadi duta PON XX di Papua.
“Ini tuh ada miss komunikasi saja. Dutanya Boaz Solossa. Nanti bisa ditanya aja ke pihak PON. Ya kita ikon, beda sama duta,” tutur Raffi Ahmad.
Baca Juga: Kemenkumham Buru WNA Pemeran Video Seks di Bali yang Viral
Sebelumnya, Arie Kriting melalui Instagram melontarkan kritiknya terhadap penunjukkan Raffi dan Nagita sebagai representasi yang mempromosikan PON Papua.
Ia mengunggah tangkapan layar berita nasional yang menyebut Nagita sebagai duta PON XX Papua mengenakan pakaian tradisional daerah itu.
“Sebenarnya sudah sejak awal saya merasa ada yang janggal dengan hal ini, tetapi saya menunggu tanggapan dari saudara-saudari asli Papua terkait dengan hal ini,” tulis Arie.
“Penunjukan Nagita Slavina sebagai Duta PON XX Papua ini memang pada akhirnya dapat mendorong terjadinya Cultural Appropriation. Seharusnya sosok perempuan Papua, direpresentasikan langsung oleh perempuan Papua. Tapi kita juga menyadari bahwa kapabilitas Kak Nagita dalam membawa misi sosialisasi untuk PON XX Papua ini sangat dibutuhkan,” ia menambahkan.
Meski demikian, Arie juga paham betul perbedaan status ikon PON XX yang ditahbiskan kepada Raffi dan Nagita dengan duta yang diberikan kepada pesepakbola Boaz Solossa. Arie menekankan pada apropriasi kultural atau eksploitasi budaya tertentu yang tidak direpresentasikan anggota suku atau golongan tersebut.
“Memang ada info kalau Raffi dan Nagita menjadi icon PON Papua, bukan Duta. Tapi isunya adalah Cultural Appropriation.”
“Pada akhirnya yang disorot media akan seperti ini. Perempuan Papua, tidak direpresentasikan dengan baik. Makanya, mending Sahabat Duta saja, biar tidak tumpang tindih,” tulis Arie Kriting. (*)
Sumber: CNN Indonesia