KILASTOTABUAN.COM, JAKARTA – Warga atau calon penumpang yang dinyatakan positif Covid-19 via tes antigen disebut mestinya mengikuti prosedur dengan melakukan tes swab metode polymerase chain reaction (PCR), bukan malah menerapkan tes ulang jenis yang sama.
Hal ini dikatakannya terkait eorang pria mengamuk di Bandara Sultan Mahmud Badaruddin (SMB) II Palembang, Sumatera Selatan setelah dinyatakan reaktif tes rapid antigen Covid-19.
Hasil berbeda didapatkannya setelah melakukan tes rapid antigen mandiri di luar bandara. Video tersebut beredar di beberapa akun instagram dan WhatsApp grup.
Berdasarkan video yang diunggah akun instagram @palembang.update, video berdurasi 60 detik tersebut menunjukkan seorang pria berkacamata membanting hasil tes rapid antigen di meja administrasi pemeriksaan di Bandara SMB II Palembang pada Minggu (30/5).
“Ini positif? bandingin dengan tes saya cek sendiri. Basing (sembarangan) kamu,” ketus pria tersebut.
Warga tersebut terlihat beberapa kali membanting hasil tes yang dilakukannya di luar Bandara SMB II. Petugas administrasi berjilbab yang melayani pria tersebut berulang kali meminta maaf kepada pria tersebut. Akibat hasil tes itu, pria tersebut dilarang terbang dan ketinggalan penerbangan.
“Buyan (bodoh) ini. Maaf gimana, kamu vonis begitu aku juga vaksin dua kali. Jangan sembarangan, saya viralkan ini,” sambung dia.
Sementara petugas administrasi berpakaian batik merah dan berjilbab hitam yang melayani pria tersebut hanya bisa meminta maaf.
“Ya ini saya lihat, mohon maaf ya pak. Soalnya tadi bapaknya mau cepet-cepet,” ungkap wanita tersebut berulang kali meminta maaf.
Baca Juga: Desa Tangaton Salurkan BLT kepada KPM
Sementara itu, Eksekutif General Manager Angkasa Pura II Bandara SMB II Palembang Tommy Ariesdianto membenarkan peristiwa tersebut. Berubahnya hasil rapid antigen tersebut disebutnya akibat kesalahan sistem.
“Dari hasil konfirmasi terjadi kesalahan peng-input-an hasil antigen oleh petugas Farmalab. Pada saat itu terdapat sistem jaringan yang tidak stabil,” ujar Tommy, Senin (31/5).
Menurutnya, peristiwa tersebut terjadi karena human error dan pihak Farmalab selaku penanggung jawab telah meminta maaf secara langsung kepada penumpang yang bersangkutan.
“Pihak customer juga sudah memaafkan atas kejadian itu,” kata dia.
Dirinya berujar, pada April lalu terdapat 30 hasil reaktif dari pemeriksaan rapid antigen di bandara dengan rata-rata per harinya dua kasus reaktif.
Para penumpang yang akan berpergian menggunakan transportasi udara memang diwajibkan melakukan tes kesehatan sesuai aturan di masa pandemi Covid-19. Setiap hasil tes yang dilakukan, penumpang diminta untuk mengecek kembali mengenai hasil yang telah dilakukan.
“Kenapa dia emosi menurut saya manusiawi karena beliau memeriksa kembali antigen. Harusnya petugas menyampaikan ke customer untuk melakukan tes swab PCR lanjutan sesuai ketentuan berlaku,” tuturnya.
“Namun dari hasil pengecekan investigasi sementara memang penumpang itu ingin buru-buru mengejar pesawat. Ini jadi pelajaran kita semua untuk mengecek kembali hasil rapid antigen dengan melakukan swab PCR,” kata dia.
Baca Juga: Terima Bantuan APD, Bupati Sachrul Ucapkan Terima Kasih Ke-P2TM
Sementara itu, Epidemiolog Universitas Sriwijaya Iche Andriyani Liberty berujar perlu dilakukan investigasi lebih lanjut apakah benar hasil yang dilakukan pihak Farmalab menunjukkan hasil reaktif dan yang dilakukan di luar bandara negatif.
“Apakah pengambilan sampel benar dan tepat, dilakukan petugas terlatih atau tidak, lalu merek rapidnya itu mesti dipastikan. Sebenarnya merek tidak terlalu berbeda hasil, namun cara pengambilan yang sangat menentukan hasil,” ujar Iche.
Dalam kasus seperti ini, jelasnya, sesuai prosedur Keputusan Menteri Kesehatan nomor HK.01.07/MENKES/3602/2021 tentang penggunaan rapid antigen, langkah yang seharusnya dilakukan selanjutnya adalah tes swab PCR, bukan malah melakukan rapid antigen di tempat lain.
“PCR adalah jawaban. Memang mungkin penasaran. Harusnya dari Farmalab saat hasilnya positif si bapak disarankan untuk PCR. Sudah disarankan atau tidak, tapi kalau kesalahan administrasi beda cerita makanya butuh investigasi,” katanya.
“Tapi perbedaan hasil rapid antigen itu bisa terjadi, tergantung cara mengambil spesimennya,” ungkap dia.
Dirinya pun menyayangkan pria di video tersebut membanting limbah rapid antigen tersebut.
“Kalau benar-benar positif itu bahaya. Memang perlu edukasi kalau positif di tes rapid antigen, sampaikan yang bersangkutan untuk lanjut melakukan tes swab PCR,” ujar Iche. (*)
Sumber: CNN Indonesia