KILASTOTABUAN.COM, JAKARTA — Pemerintahan sementara Libya mengumumkan telah membebaskan Saadi Khadafi, putra mendiang diktator Moamer Kadhafi, dari penjara pada Senin (6/9).
“Saadi Moamer Kadhafi telah dibebaskan dari penjara menyusul” putusan pengadilan beberapa tahun lalu,” kata sumber Kementerian Kehakiman pada Minggu malam.
Pembebasan Saadi dibenarkan Pemerintah Persatuan Nasional yang menjadi penjabat pemerintah Libya saat ini.
Saat ini, beberapa laporan media menuturkan Saadi telah pergi ke Turki. Namun, pemerintah Turki belum mengonfirmasi hal ini.
Saadi melarikan diri ke Nigeria setelah serangan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) membunuh sang ayah pada 2011 lalu. Namun pria berusia 47 tahun itu diekstradisi kembali ke Libya pada 2014.
Saadi lantas ditahan di penjara Tripoli akibat tuduhan kejahatan terhadap pengunjuk rasa yang menentang kepemimpinan sang ayah. Ia juga dituduh sebagai pelaku pembunuhan pelatih sepak bola Libya Bashir al-Rayani pada 2005.
Pada April 2018, pengadilan banding membebaskan Saadi dari tuduhan pembunuhan Rayani.
Selama ini, Saadi dikenal dengan gaya hidupnya mewah dan playboy. Putra ketiga Khadafi itu juga pernah menjadi atlet sepakbola profesional di Italia.
Pembebasan Saadi dinilai Misi Dukungan PBB di Libya (UNSMIL) mewakili langkah signifikan menuju penghormatan supremasi hukum, hak asasi manusia, dan membantu proses rekonsiliasi nasional.
Sebab, UNSMIL menuturkan ribuan orang “telah ditahan secara sewenang-wenang” sejak beberapa tahun terakhir.
Sejak 2011, Libya terus terjerumus dalam kekacauan perebutan kekuasaan. Pada 2020, Libya berencana melakukan gencatan senjata, tetapi akibat berbagai perbedaan, putusan ini kandas.
Baca Juga: Kabur dari Kapal China, Ini Kisah ABK WNI Berenang Sejauh 1 Km
Ayah Saadi, Moamer Kadhafi memimpin Libya sejak 1969 sampai 2011. Kadhafi lengser setelah pemberontakan Arab Spring berlangsung.
Semasa 42 tahun memerintah Libya, Khadafi memimpin dengan tangan besinya. Perekonomuan negara dilumpuhkan dengan keinginan Khadafi yang berubah-ubah.
Kepemimpinan Khadafi juga disebut penuh dengan nepotisme. Ia bahkan dituduh menggunakan kekayaan negara yang sebagian besar berasal dari minyak untuk mendanai dan mempersenjatai kelompok pemberontak di seluruh Afrika dan sekitarnya.
Ketika rakyat hidup di bawah kemiskinan dan angka pengangguran tinggi, keluarga Khadafi hidup bergelimang harta, jet pribadi, mobil mewah, hingga kapal pesiar.
Pada 20 Oktober 2011, pemberontak Libya menyerbu kota Sirte dan membunuh Khadafi dan putranya, Mutassim.
Satu putra Khadafi lainnya, Seif al-Arab, tewas dalam serangan udara NATO pada April 2011. Salah satu saudara Khadafi, Khamis, juga tewas dalam pertempuran empat bulan kemudian. (*)
Sumber: CNN Indonesia