KILASTOTABUAN.COM, JAKARTA — Komnas HAM mendorong aparat kepolisian transparan dalam menangani kasus tertembaknya pengunjuk rasa hingga meninggal dalam aksi unjuk rasa penolakan tambang emas di Parigi Moutong, Sulawesi Tengah.
Komisioner Pemantauan dan Penyelidikan, M Choirul Anam mengatakan pihaknya mengetahui ada proses uji balistik dan pemeriksaan terhadap sejumlah petugas kepolisian yang menangani unjuk rasa tersebut.
“Komnas HAM mendorong pemeriksaan yang transparan dan penegakan hukum bagi anggota kepolisian yang melakukan penembakan, dan mengapresiasi komunikasi dan langkah cepat untuk melakukan pemeriksaan tersebut,” kata Anam dalam keterangan tertulis, Sabtu (19/2).
Sebagai informasi, Komnas HAM RI dan Kantor Perwakilan Komnas HAM Sulawesi Tengah dalam beberapa hari terakhir telah melakukan sejumlah pemantauan dan penyelidikan atas insiden kekerasan tersebut.
“Kami sedang melakukan pemantauan dan penyelidikan, termasuk mendorong evaluasi dan penegakan hukum atas insiden tersebut secara transparan,” ucap Kepala Kantor Perwakilan Komnas HAM Sulawesi Tengah, Dedi Askary.
Terkait penolakan tambang emas, Dedy mengatakan pihaknya akan mendalaminya, karena sejak 2012 telah terjadi penolakan.
“Sejak 2012 tambang emas ini telah ditolak oleh warga. Kami akan mendalami penolakan ini, khususnya beberapa masalah mendasar bagi warga, seperti sumber air dan lainnya,” katanya.
Sebagai informasi, seorang demonstran bernama Erfaldi alia Aldi (21), warga Desa Tanda, Kecamatan Tinombo Selatan, Kabupaten Parigi Moutong, Sulawesi Tengah, tewas karena tembakan saat polisi membubarkan unjuk rasa penolakan kegiatan tambang emas.