KILASTOTABUAN.COM, JAKARTA — Pemerintah menegaskan wisatawan domestik sangat berperan dalam mendorong kebangkitan sektor pariwisata saat ini, setelah dihantam pandemi COVID-19.
Demikian dikatakan Staf Ahli Bidang Manajemen Krisis Kemenparekraf, Henky Manurung dalam Dialog Produktif dari Media Center Forum Merdeka Barat 9 (FMB9) – KPCPEN, Rabu (22/12).
“Wisata domestik mulai bergairah. Tujuan kunjungan ke Bali misalnya, dalam sehari mencapai 14 ribu penumpang yang melakukan penerbangan, tertinggi di masa pandemi COVID-19 dalam dua tahun terakhir,” ujarnya.
Henky menuturkan, seiring dengan semakin terkendalinya situasi COVID-19, pemerintah memberlakukan beberapa relaksasi dan kebijakan guna mendukung pulihnya sektor pariwisata. Di antaranya, sertifikasi Cleanliness, Health, Safety, and Environment Sustainability (CHSE).
Dia menjelaskan, di akhir tahun 2021, tingkat hunian kamar menjelang Natal dan Tahun Baru mengalami peningkatan. Sehingga, wisatawan domestik akan menjadi tulang punggung industri pariwisata.
Henky mengingatkan agar para wisatawan Indonesia bertanggung jawab untuk taat menerapkan prokes 3M (memakai masker, menjaga jarak, mencuci tangan), sembari membantu menggencarkan gerakan 3T (testing, tracing, treatment).
Menurutnya, optimisme membangkitkan pariwisata nasional tetap kuat meski saat ini pemerintah tetap waspada khususnya ancaman varian Omicron yang sudah ditemukan di Indonesia.
“Kita coba ciptakan ketaatan prokes agar mampu bertahan dan membangun ekonomi kreatif ke depan dan menjadikan pertumbuhan industri pariwisata di 2022 lebih baik,” ujar Henky.
Guna mendukung pariwisata domestik, kata dia, pihaknya bekerja sama dengan moitra-mitra mulai 24 Desember 2021. Pihaknya akan menghadirkan mobil vaksin di Bali untuk percepatan vaksinasi khususnya mengejar vaksinasi anak-anak usia 6-11 tahun.
“Termasuk mereka yang belum divaksinasi, meski catatan vaksinasi di Bali sudah tinggi,” ujarnya.
Selain itu, kata dia, sistem keamanan bandara dinilai sudah baik, terutama dalam hal mengatasi potensi kerumunan.
Dia memberi contoh, para petugas di bandara sudah membuat pembatasan kerumunan. Sebagai masyarakat, lanjutnya, sebaiknya juga turut berpartisipasi untuk hindari kerumunan di seluruh aksesibilitas.
“Selain petugas, pihak Pemda, TNI dan Polri juga telah diturunkan untuk memecah kerumunan di kawasan wisata. Atraksi wisata tetap ada pembatasan pengunjung,” ujarnya.
Henky menegaskan, meskipun sudah hampir dua tahun industri pariwisata ‘menderita’ karena pandemi namun prokes tetap harus ditaati.
Hal tersebut bertujuan bukan hanya melindungi pengunjung tapi juga kalangan pekerja di sektor pariwisata.
“Bersama-sama seluruh pihak harus tertib, dan itu sudah berjalan sepanjang pengamatan kami belakangan ini. Selain Bali, Banten juga diharapkan jadi percontohan untuk daerah tujuan wisata serta staycation yang sudah dirindukan masyarakat,” ujarnya.
Sebagai bentuk dukungan kepada dunia pariwisata, dia menyampaikan Kemenparekraf menyiapkan dana Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) hingga Rp681 miliar, yang dialokasikan untuk bidang pariwisata dan ekonomi kreatif. Dukungan tersebut rencananya akan berlanjut pada tahun depan.
Pada kesempatan sama Wakil Gubernur Bali, Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati (Cok Ace) mengaku optimistis bahwa perekonomian akan bangkit melalui industri pariwisata. Hal itu tentu membutuhkan sejumlah dukungan dan kesiapan.
“Saat ini prokes di Bali sudah baik, mencapai 95%, kasus COVID-19 juga landai. Tingkat kunjungan wisatawan domestik ke Bali juga menunjukkan kenaikan,” tuturnya.
Namun demikian, tingginya animo pasar masih terbentur beberapa kendala. Ia menyampaikan, berdasarkan sejumlah survei, travellers Eropa punya keinginan besar ke Bali, namun terkendala kondisi internal di sana.
Selain itu, persyaratan masuk ke Indonesia juga masih menjadi perhatian, seperti terkait masa karantina, aturan penerbangan yang harus dipatuhi, juga masalah visa.
Cok Ace menambahkan, saat ini di Bali sudah tersedia 50 hotel karantina dengan persyaratan cukup ketat.
“Harus ada aksesibilitas sendiri dan bekerja sama dengan rumah sakit rujukan terdekat. Jika hal itu terpenuhi, baru dikeluarkan sertifikatnya,” ujarnya.
Banyak program yang dilakukan untuk kembali mengangkat pariwisata Bali, misalnya event besar G20 yang dilangsungkan di Pulau Dewata.
“Hal ini sedikit banyak akan mengangkat branding Bali. Selain itu juga ada sejumlah kongres yang dilakukan di Bali. Ini menunjukkan bahwa Bali sesungguhnya siap. Negara yang tergabung di G20 saja mau datang ke Bali, wisatawan juga harusnya mau,” imbuh Cok Ace seraya menambahkan banyak kegiatan yang berpotensi menimbulkan kerumunan terpaksa dibatalkan karena tidak sesuai prokes.
Saat ini, kunjungan wisatawan ke Bali kurang lebih baru 5%. Setelah hampir dua tahun wisata di Bali terpuruk, Cok Ace menyebutkan timbul kerusakan di berbagai fasilitas maupun sumber daya manusia (SDM).
“Sebelum COVID teratur dilakukan pelatihan dan pertukaran tenaga kerja dan selama dua tahun terakhir hal itu tidak terjadi, karena saat ini SDM dioptimalkan seefisien mungkin. Oleh karenanya, untuk memulihkan wisata Bali 2022, akan dilakukan sejumlah terobosan, misalnya upaya agar kerusakan fasilitas tidak terjadi secara permanen,” ujar Wagub Bali. (*)
Sumber: CNN Indonesia